Awal Perseteruan: Janda Tiga Anak vs Mantan Istri Aktor
Siapa yang nggak kenal Nikita Mirzani? Artis kontroversial yang satu ini memang selalu berhasil bikin heboh, bahkan saat ia sedang mendekam di balik jeruji penjara. Kali ini, Nikita menambah daftar “musuh” barunya, yaitu Nava Urbah, mantan istri aktor Zack Lee. Perseteruan ini bermula dari sebuah postingan Instagram Story Nava, yang memberi komentar soal kasus Bank BCA yang membongkar rekening Nikita Mirzani di pengadilan.
Berbeda dengan pendukung Nikita yang menyerang BCA habis-habisan, Nava justru memilih memberi komentar tentang pendidikan di Indonesia. Ia menulis,
“Di sini baru kelihatan bahwa pendidikan di Indonesia masih sangat tertinggal jauh. Oalah, Mbok ya baca undang-undangnya. Kan bisa tanya Chat GPT, tanya Google. Astaga.”
Kalau orang membaca sekilas, komentar ini terdengar pedas, tapi juga menyampaikan sisi edukatif. Namun, karena konteksnya tentang publik dan selebriti, komentar itu langsung jadi viral.
Aksi Balasan Nikita Mirzani
Pada 18 Agustus 2025, akun pendukung Nikita Mirzani, @terasdora Official, mengunggah berita lama tentang penangkapan Nava karena membawa obat keras di sebuah cafe. Tak heran, kolom komentar Instagram langsung banjir hujatan netizen.
Salah satu komentar netizen:
“Oh, ini yang pendidikannya setinggi langit ya?”
Netizen lain menambahkan:
“Dia lulusan SMU, merendahkan pendidikan rakyat. Dia kepilih jadi DPR karena artis dan duit. Lihat aja riwayat pendidikannya.”
Publik bereaksi sensitif terhadap pernyataan seorang anggota DPR yang mereka anggap merendahkan rakyat.
Masa Lalu yang Terbawa Kembali
Perseteruan ini sebenarnya bukan yang pertama. Kembali ke 2016, Nikita Mirzani dan Zack Lee, suami Nava, pernah tersandung gosip panas di sebuah klub malam di Bali. Video Snapchat sempat memperlihatkan kedekatan keduanya, yang bikin Nava merasa tersakiti.
Nikita pun menjelaskan bahwa hubungannya dengan Zack Lee hanya sebatas teman. Ia membantah adegan ciuman dalam video itu dan menegaskan:
“Yang terlihat seperti ciuman hanyalah ilusi karena posisi kepala yang berdekatan.”
Meski begitu, pengalaman itu sempat menimbulkan perasaan kurang nyaman bagi Nava, meski akhirnya ia memaafkan Nikita dan menganggap masalah tersebut sudah selesai.
Kritik Publik dan Kontroversi Pendidikan
Sindiran terbaru Nava Urbah kembali memanas. Kali ini, ia menyinggung kualitas pendidikan rakyat Indonesia saat menanggapi kasus BCA. Ia menilai masyarakat seharusnya lebih memahami undang-undang sebelum bertindak.
Sementara itu, content creator dan netizen menyoroti sikap Nava yang mereka anggap tidak pantas bagi seorang anggota DPR.
“Bukankah seorang anggota dewan itu tugasnya memberikan edukasi, bukan malah mengkritik rakyatnya sendiri?”
Pernyataan Nava ini memunculkan debat panjang di media sosial. Ada yang menilai kritiknya ada sisi positifnya, karena mendorong masyarakat untuk lebih melek hukum. Namun, banyak juga yang menilai cara penyampaiannya terlalu frontal dan menimbulkan sensasi.
Media Sosial sebagai Arena Perang Publik
Fenomena ini menegaskan satu hal: media sosial sekarang bukan hanya tempat berbagi foto atau video, tapi juga arena perang opini. Setiap kata atau postingan bisa viral dalam hitungan jam.
Netizen terbagi menjadi beberapa kubu:
- Pendukung Nikita yang langsung menyerang balik, menyoroti masa lalu Nava.
- Pendukung Nava yang menilai kritiknya soal pendidikan memang relevan dan perlu didengar.
- Netizen independen yang mencoba melihat dari sisi regulasi hukum dan etika sosial.
Perang komentar ini menjadi bukti nyata bagaimana media sosial bisa memperluas konflik pribadi menjadi masalah publik.
Peran Anggota DPR: Kritik vs Edukasi
Salah satu isu utama dari kontroversi ini adalah peran anggota DPR dalam memberikan edukasi kepada rakyat. Sebagai wakil rakyat, seorang anggota DPR diharapkan mampu:
- Memberikan pemahaman hukum dan regulasi.
- Menjadi teladan dalam bersikap di media sosial.
- Mendorong masyarakat untuk kritis, bukan menjatuhkan.
Namun, pernyataan Nava yang menyinggung pendidikan rakyat justru membuat publik menilai sebaliknya. Kritik tanpa solusi dianggap sebagai sensasi, bukan kontribusi.
Psikologi Publik dan Efek Viral
Selain isu politik dan hukum, ada juga sisi psikologi publik yang menarik. Saat seorang figur publik mengeluarkan pernyataan kontroversial, biasanya terjadi tiga hal:
- Efek “confirmation bias”: Netizen cenderung mencari informasi yang menguatkan opini mereka.
- Efek domino: Postingan awal memicu rantai komentar yang saling menyerang.
- Jejak digital permanen: Semua komentar dan berita lama bisa muncul kembali sebagai “senjata” di masa depan.
Kasus Nikita vs Nava menjadi contoh nyata bagaimana kontroversi lama bisa dibawa kembali untuk memicu drama baru.
Pendidikan Indonesia dalam Sorotan
Perseteruan ini juga membuka mata tentang kondisi pendidikan Indonesia. Banyak pihak menilai bahwa masih banyak masyarakat yang kurang memahami undang-undang dan regulasi dasar, sehingga mudah terseret konflik sosial dan media.
Sebagai anggota DPR, seharusnya Nava Urbah bisa menyalurkan kritiknya ke hal-hal yang lebih konstruktif, misalnya:
- Mengadakan seminar atau edukasi publik soal hukum.
- Membuat konten yang menjelaskan regulasi dengan bahasa mudah dipahami.
- Menggunakan media sosial untuk mengedukasi, bukan menyindir.
Dengan pendekatan seperti itu, konflik bisa berubah menjadi pembelajaran publik yang positif.
Studi Kasus Kontroversi Figur Publik Lain
Kasus ini bukan yang pertama. Banyak selebriti atau politisi Indonesia yang pernah terjebak kontroversi serupa:
- Ahok vs Netizen: Pernyataan Ahok soal penistaan agama sempat memicu demo besar dan debat publik.
- Luna Maya vs Netizen: Postingan pribadi Luna sering kali viral, memicu opini dan kritik pedas netizen.
- Anggota DPR lain: Beberapa anggota DPR kerap menimbulkan kontroversi karena komentar frontal soal rakyat atau hukum.
Dari contoh-contoh ini, terlihat pola yang sama: opini pribadi, jika disebar ke publik tanpa strategi komunikasi, bisa menimbulkan konflik besar.
Strategi Bijak Bermedia Sosial
Dari kasus Nikita vs Nava, ada beberapa strategi yang bisa diambil:
- Pikirkan sebelum menulis: Setiap kata bisa viral.
- Buat pernyataan yang membangun: Kritik harus disertai solusi.
- Transparansi dan klarifikasi: Jika salah paham, segera beri penjelasan.
- Hindari menyerang personal: Fokus pada isu, bukan individu.
Strategi ini penting baik untuk publik figur maupun masyarakat umum agar tidak terjebak konflik atau sensasi media sosial.
Refleksi untuk Masyarakat dan Media
Dari semua drama ini, ada beberapa pelajaran yang bisa diambil:
- Bijak dalam bermedia sosial: Setiap postingan punya potensi viral, jadi pikirkan sebelum menulis.
- Membedakan kritik dan merendahkan: Kritikan yang membangun lebih diterima daripada yang menyerang personal.
- Memahami regulasi dan hukum: Sebagai masyarakat, penting untuk memahami undang-undang agar tidak salah tanggap.
Selain itu, media juga memiliki tanggung jawab untuk menayangkan berita yang berimbang, agar publik tidak terseret opini sepihak.
Kesimpulan dan Pelajaran Utama
Perseteruan Nikita Mirzani dan Nava Urbah bukan sekadar drama artis atau politik, tapi juga cermin bagaimana media sosial, hukum, pendidikan, dan persepsi publik saling terkait.
Pelajaran yang bisa diambil:
- Media sosial harus digunakan secara bijak.
- Kritik harus dibarengi solusi.
- Figur publik wajib menjaga integritas dan edukasi masyarakat.
- Netizen harus kritis dan tidak mudah terseret opini sepihak.
Dengan memahami hal ini, baik masyarakat maupun politisi dapat belajar untuk bersikap lebih dewasa di era digital.